Gaya, Jakarta -Cacing pita Jepang (Diphyllobothrium nihonkaiense) telah ditemukan dalam tubuh ikan salmon dari Alaska. Para pimpinan peneliti meyakini bahwa salmon yang berasal dari Teluk Amerika dan Asia-Pasifik dapat berpotensi berbahaya bagi manusia yang memakan ikan mentah. Penemuan terbaru ini akan muncul dalam Jurnal Emerging Infectious Diseases edisi Februari 2017, yang diterbitkan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat.

Para peneliti mengatakan cacing pita pertama kali dikenal sebagai parasit manusia pada 1986. Awalnya diduga hanya menginfeksi ikan di Asia. Salmon mentah yang terinfeksi cacing pita berjenis chummasupink, dan sockeye dapat mempengaruhi manusia yang memakannya, demikian pernyataan situs Alaska Dispatch News.

Parasit ini muncul kembali karena “impor global dan meningkatnya ketenaran memakan ikan mentah,” demikian pernyataan penelitian itu. Sekitar 2.000 kasus telah dilaporkan, sebagian besar dari sebelah timur laut Asia. Ikan salmon asal Alaska telah membawa sejumlah cacing pita. Makhluk dengan “siklus hidup yang kompleks” awalnya menjangkiti burung-burung, selanjutnya telur-telur cacing pita keluar bersama kotoran mamalia ke dalam perairan.

Rekanan peneliti Jayde Ferguson, ahli patologi ikan di Departemen Fish and Game AS, mengatakan awalnya mereka membantu para peneliti dari Yayasan Peneliti Ceko melakukan penelitian tentang parasit laut. Kedua belah pihak memeriksa 64 salmon Alaska yang ditangkap—termasuk 31 jenis sockeye, 23 pink, 8 rainbow trout, serta masing-masing 1 ekor king salmon dan coho salmon

Hasilnya, sejumlah cacing pita ditemukan, termasuk satu larva yang diambil dari salmon pink yang ditangkap di area Resurrection Creek yang 99 persen cocok dengan cacing pita Jepang berdasarkan basis data genetis.

Karena salmon dari Pasifik sering kali diekspor dalam keadaan tidak beku (unfrozen) sehingga larva cacing pita Jepang dapat bertahan hidup dan menyebabkan infeksi terhadap manusia di wilayah-wilayah yang bukan endemik, seperti Cina, Eropa, Selandia Baru, serta AS wilayah tengah dan timur. 

Lembaga Pemasaran Makanan Laut Alaska menyatakan Alaska menyumbang sekitar 90 persen salmon Pasifik yang dipanen secara komersial AS, tapi hanya sekitar 6 persen ikan itu dikirim dalam keadaan segar. Sebagian besarnya dibekukan atau dikalengkan sebelum diekspor.

TIME | HOTMA SIREGAR