Gaya, Jakarta -“I feel like in another world,” jawab Adnan Buchari, ketika ditanya komentarnya saat dia mencapai ujung tebing yang dipanjatnya. Ari, begitu lelaki kelahiran Jakarta 1992 ini akrab disapa, adalah salah seorang atlet panjat tebing yang pernah meraih emas saat kejuaraan Daerah DKI pada 2011 lalu. “Panjat tebing, bagi saya bukan sekadar olahraga, tapi juga gaya hidup. Jika orang lain pergi ke bar atau club, maka panjat tebing adalah cara bersantai saya melupakan masalah dan penat dari kerja atau lingkungan sekitar,” ujarnya .

Asyiknya lagi, menurut Ari, adalah saat bertemu teman satu hobi, apalagi dari luar negeri. “Kami bisa saling bertukar pikiran untuk menyelesaikan jalur yang sulit. Seperti teknik apa yang sebaiknya digunakan, dan sebagainya,” katanya sumringah.

Risiko olahraga yang satu ini juga tak main-main. Kalau Anda pernah nonton film Vertical Limit yang dibintangi Chris O’Donnell dan Robin Tunney, akan tahu bagaimana risiko olahraga yang satu ini. Bagaimana seutas tali bisa menjadi penentu sebuah nyawa. “Tapi sensasi jatuh dan selamat, bagi seorang pemanjat itu luar biasa seru,” katan Ari yang juga pernah merasakan jatuh dari ketinggian sekitar 10 meter di tebing Hawu, Padalarang. “Untung saya tertahan di ketinggian empat meter dari permukaan tanah.”

Pengalaman yang sama juga dialami pemanjat tebing lainnya, Emi Zainah.  Saat itu, ia menjadi leader pada pitch kedua, pada ketinggian sekitar 60 meter tak sengaja menginjak batuan yang rapuh,  kemudian terpeleset dan jatuh sekitar 10 Meter. Sungguh pengalaman mendebarkan. “Alhamdulillah selamat, karena kami menggunakan standard prosedur pemanjatan,” ujar perempuan yang juga kini dikenal sebagai pelatih pengprov Federasi Panjat Tebing Indonesia DKI Jakarta.

Buat Emi, yang sudah melakukan panjat tebing sejak 1992, olahraga yang satu ini tidak pernah membosankan, karena setiap tebing punya karakteristik jalur sendiri. “Selalu ada tantangan dalam menyelesaikan suatu jalur,” katanya.

Sensasi  mendebarkan dan banyak tantangan, sepertinya membuat olahraga yang satu ini masih banyak digemari kaum pria. Tidak ada syarat khusus  memulai hobi ‘ekstrim’  ini. Tua, muda, pria, wanita, semua bisa mencoba olahraga ini dengan aman, asalkan mengikuti prosedur yang ada. “Tingkat kesulitan bisa disesuaikan,” katanya.

Ada beberapa tips yang dibagikan Emi untuk pemula. Pertama, sangat dianjurkan untuk melatih teknik dasar gerakan, agar pengembangan kemampuan lebih cepat dan terarah. Kedua disarankan berlatih dengan orang yang memang menguasai teknik gerakan dan dapat melatih tentunya.

Di Jakarta, Anda bisa datang dan berlatih olahraga ini di kitaran Pasar Festival Kuningan. Menurut Emi, latihan rutin bagi junior biasanya pada Selasa, Rabu, Sabtu dan Minggu sore.  Sementara untuk umum ada kelas khusus di Senin, Rabu dan Jumat malam.

Nah, setelah berlatih Anda bisa mencoba jalur baru. Hal yang harus diperhatikan saat pertama kali memanjat tebing adalah orientasi medan untuk menentukan pengaman apa dan berapa yang akan dipakai dan juga jalur yang akan dilewati. Anda juga perlu perlengkapan standar untuk panjat tebing. Seperti kernmantle rope, runner, belay device, sit harness, climbing shoes,  dan chalkbag .  Gunakan juga pakaian olahraga yang bisa mendukung si pemanjat bisa bergerak bebas dan nyaman.

Setelah piawai, banyak tempat yang bisa dicoba jalurnya. AdaTebing Hawu di Padalarang dengan jalur-jalur yang cukup mudah untuk  pemula. Di Yogyakarta ada tebing Siung dengan latar belakang pantai. Di Sumatera Barat ada lembah Harau dengan pemandangannya yang indah. Ada tebing Maros juga di Sulawesi , atau Uluwatu di Bali, dan masih banyak lagi.

Di sana mungkin Anda juga akan menemukan sensasi dunia lain seperti para pemanjat tebing lainnya. 

SUSANDIJANI